Elon Musk melalui SpaceX telah meluncurkan ribuan satelit Starlink ke orbit, terhitung lebih dari 50 persen dari semua satelit yang dikirimnya aktif.
Jaringan satelit ini berpotensi merevolusi akses internet di daerah terpencil, zona perang, dan daerah yang dilanda bencana.
China pun mulai terusik. Kini pemerintah negara itu dikabarkan sedang menggenjot mewujudkan proyek 13.000 satelit. Tentu saja tujuannya untuk bersaing dengan Starlink milik Elon Musk.
Proyek ini mereka sebut sebagai Project GW. GW mengacu pada Guowang atau jaringan nasional. Hal itu disampaikan pakar Aerotermal dari Akademi Aerodinamika Dirgantara China, Qu Wei di Beijing.
“Kemungkinan akan menempatkan hampir 13.000 satelitnya di orbit yang lebih rendah daripada satelit AS (Amerika Serikat) untuk meminimalkan risiko tabrakan dan menjaga jarak aman”, katanya.
Menurut Qu, dengan meletakan satelit lebih rendah dibandingkan AS, pihaknya dapat menikmati keuntungan dari penyebaran internet yang lebih fleksibel. Selain itu, mereka meyakini tidak akan terlalu terpengaruh oleh kondisi geografisnya.
Pakar Aerotermal dari Akademi Aerodinamika Dirgantara China, Qu Wei seperti dikutip dari South China Morning Post, Kamis (3/8).
Perlu diketahui, Starlink akan menjadi megakonstelasi dari 42.000 satelit. Beberapa satelit Starlink akan terbang di orbit serendah sekitar 350 km untuk memungkinkan komunikasi yang lebih cepat. Namun risiko terbesar adalah tarikan atmosfer dapat menimbulkan tantangan yang mengurangi masa pakainya.
Qu Wei, Pakar Aerotermal dari Akademi Aerodinamika Dirgantara China.
Sayangnya, Project GW ini belum diketahui akan mengorbit di ketinggian berapa. Pasalnya, stasiun luar angkasa Tiangong China mengorbit Bumi pada ketinggian tipikal 390 km dan Stasiun Luar Angkasa Internasional sedikit lebih tinggi sekitar 410 km.
Laporan dari South China Morning Post berjudul: China boosts its Project GW satellite rival to compete with Elon Musk.