Gerindra: Tidak Ada Fakta Hukum Prabowo Pernah Langgar HAM

Gerindra: Tidak Ada Fakta Hukum Prabowo Pernah Langgar HAM

Prabowo dituding menjadi dalang penculikan aktivis pada 1998 silam.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman menegaskan, tidak ada satu pun fakta hukum yang membuktikan sang ketua umum Prabowo Subianto pernah melanggar hak asasi manusia (HAM) di masa lalu.

Prabowo dituding menjadi dalang penculikan aktivis pada 1998 silam atau zaman Orde Baru.

"Yang jelas tak ada setitik pun fakta hukum bahwa Pak Prabowo pernah melanggar HAM. Terkait fitnah di media sosial soal kasus penghilangan paksa crystal clear, Pak Prabowo tidak bersalah," kata Habiburokhman, Senin (31/7).

Habiburokhman menjelaskan, terdapat empat fakta hukum yang membuktikan Prabowo tidak memiliki kaitan dengan kasus pelanggaran HAM. Fakta itu terungkap dalam persidangan Tim Mawar di Pengadilan Militer Jakarta.

“Pertama, tidak ada satu alat bukti pun dalam persidangan Tim Mawar yang menyebut keterlibatan Pak Prabowo sebagai orang yang melakukan, bersama-sama melakukan, atau menyuruh melakukan penculikan tersebut,”
ucap Habiburokhman.

merdeka.com

Kedua, sambung Habiburokhman, surat keputusan Dewan Kehormatan Perwira kepada Prabowo adalah sebuah saran, bukan keputusan yang mengikat. Surat itu bernomor KEP/03/VIII/1998/DKP.

Ketiga, terkait pemberhentian Prabowo oleh Presiden BJ Habibie dari jabatan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), Habiburokhman menyebut hal itu dilakukan secara terhormat.

"Keputusan Presiden BJ Habibie yang merupakan panglima tertinggi soal pemberhentian terhadap Pak Prabowo bukanlah Pemberhentian Dengan Tidak Hormat, tetapi Pemberhentian Dengan Hormat yang disertai dengan ucapan terima kasih atas jasa-jasa Pak Prabowo yang telah disumbangkan selama menjalankan tugas terhadap negara dan bangsa selaku prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,” papar Habiburokhman, dilansir dari Antara.

Terakhir, Habiburokhman menyebut sudah lebih dari 16 tahun sejak 2006, Komisi Nasional (Komnas) HAM tidak bisa melengkapi hasil penyelidikan perkara pelanggaran HAM berat penculikan aktivis yang dinyatakan kurang lengkap oleh Kejaksaan Agung.

“Padahal menurut ketentuan Pasal 20 UU Nomor 26 Tahun 2000, waktu Komnas HAM untuk melengkapi hasil penyelidikan hanyalah 30 hari sejak diterimanya hasil penyelidikan oleh Kejaksaan Agung,” kata dia.

Selain itu, ia juga merespons pernyataan politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu yang menyatakan agar masyarakat tidak memilih calon presiden (capres) yang memiliki rekam jejak melakukan pelanggaran HAM.

“Kami sepakat dengan pernyataan tersebut, Adian orang baik dan sangat mengerti hukum. Itu adalah pernyataan normatif saja,” ujar Habiburokhman.

Selain itu, ia juga merespons pernyataan politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu yang menyatakan agar masyarakat tidak memilih calon presiden (capres) yang memiliki rekam jejak melakukan pelanggaran HAM.

Habiburokhman meyakini bahwa pernyataan itu bukan ditujukan kepada Ketum Gerindra karena Prabowo pernah berpasangan dengan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2009.

Selain itu, kata Habiburokhman, pernyataan Adian tidak mungkin ditujukan kepada Prabowo karena Partai Gerindra tergabung dalam koalisi partai pendukung pemerintah dan Prabowo diberi kepercayaan sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).

“Tidak mungkin juga beliau tendensius kepada Pak Prabowo karena Pak Prabowo kan pernah menjadi cawapres Bu Megawati dan saat ini masih menjabat sebagai Menhan dalam koalisi bersama-sama PDIP," ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh
Titin Supriatin

Editor Titin Supriatin

Prabowo selalu dituding menjadi dalang penculikan aktivis pada 1998 silam.

Reporter