Sebuah foto yang diambil pada 14 Oktober 2023 menampilkan para peserta dengan pakaian adat Korea memegang papan petunjuk dengan tulisan Hangeul atau aksara Korea dalam sebuah parade untuk merayakan HUT Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Masyarakat Baubau di Sulawesi Tenggara merupakan salah satu suku yang memiliki keunikan tersendiri. Salah satu keunikan yang menonjol dari masyarakat Baubau adalah penggunaan Hangeul atau aksara Korea sebagai upaya untuk mempertahankan bahasa suku Cia-Cia.
Bahasa suku Cia-Cia merupakan salah satu bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Baubau.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh dari budaya luar, penggunaan bahasa Cia-Cia mulai meredup. Hal ini membuat masyarakat Baubau khawatir akan hilangnya identitas budaya mereka.
Mengutip situs web Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, pada Agustus 2009, Wali Kota Baubau kala itu mengumumkan adaptasi aksara Korea karena bahasa Cia-Cia tidak mempunyai aksara sendiri. Langkah unik ini pun menimbulkan pro kontra.
Dijelaskan bahwa, adaptasi ini dilatarbelakangi permasalahan tentang bagaimana melestarikan bahasa daerah yang bertebaran di seluruh penjuru Kota Baubau.
Bahasa Cia-Cia merupakan bahasa tutur yang digunakan masyarakat Cia-Cia. Kendati penuturnya berjumlah cukup banyak, diperkirakan sekitar 93 ribu penutur, masyarakat Cia-Cia tidak memiliki budaya tulis.
Satu-satunya tradisi tulis masyarakat Cia-Cia ditemukan dalam kutika, semacam coretan-coretan yang ditorehkan pada sepotong papan kayu atau kertas yang mirip seperti simbol. Kutika umumnya dimiliki orang yang dituakan dalam masyarakat.
Kebijakan penggunaan aksara Korea berawal dari sebuah Simposium Internasional Pernaskahan ke-9 pada 5 sampai 8 Agustus 2005. Seusai simposium, ketika para peserta melakukan wisata keliling kota, Chun Tai-Hyun, seorang ahli bahasa Malaysia, sekaligus Ketua Departemen Hunmin Jeonggeum Masyarakat Korea, bercanda bahwa bahasa lokal yang didengarnya di sana mengingatkannya pada Korea.
Pernyataan Chun Tai-Hyun segera direspons positif oleh Wali Kota Baubau saat itu.
Penggunaan aksara Korea ini menjadi solusi yang efektif bagi masyarakat Baubau dalam mempertahankan bahasa Cia-Cia.
Aksara Korea memiliki keunikan tersendiri dan dapat dengan mudah dipelajari oleh masyarakat setempat. Selain itu, aksara Korea juga memiliki kesamaan fonetik dengan bahasa Cia-Cia, sehingga memudahkan pengucapan dan pemahaman.
Penggunaan aksara Korea untuk bahasa Cia-Cia tidak hanya terbatas pada tulisan, tetapi juga digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Beberapa sekolah di Baubau sudah mulai mengajarkan aksara Hangul kepada siswa-siswinya. Selain itu, pemerintah setempat juga telah mendukung upaya ini dengan mencetak buku-buku pelajaran dan kamus dalam aksara Korea.
Penggunaan aksara Korea ini telah memberikan dampak positif bagi masyarakat Baubau. Bahasa Cia-Cia yang hampir punah kini mendapatkan perhatian yang lebih besar dan semakin banyak orang yang tertarik untuk mempelajarinya. Selain itu, penggunaan aksara Hangul juga memberikan identitas budaya yang kuat bagi masyarakat Baubau.
Editor Nanda Farikh Ibrahim
Aksara Korea memiliki kesamaan fonetik dengan bahasa Cia-Cia, sehingga memudahkan pengucapan dan pemahaman.