Erupsi Gunung Marapi Sumbar, Diduga Akibat Naiknya Akumulasi Gas

Erupsi Gunung Marapi Sumbar, Diduga Akibat Naiknya Akumulasi Gas

Warga dan wisatawan tidak melakukan  aktivitas dengan radius 3 kilometer dari puncak Gunung Marapi.

Gunung Marapi yang terletak di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, mengalami erupsi pada Minggu (3/12/2023). Erupsi itu terjadi pada pukul 14:54 WIB. Dampak erupsi Gunung Marapi, wilayah Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Bukittinggi mengalami hujan abu vulkanik.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan laporan lengkap kronologi erupsi Gunung Merapi melalui Konferensi Pers yang digelar secara online via Zoom Meeting dan YouTube Streaming pada Senin (4/12).

“Pada tanggal 18 November 2023,  PVMBG mengirim laporan evaluasi Gunung. Marapi dua mingguan kepada stakeholder. Status Gunung. Marapi Marapi Waspada (Level l) jarak aman 3 km,” jelas Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi), Hendra Gunawan.

Lalu pada tanggal 1 Desember 2023 PVMBG kembali mengirim laporan evaluasi Gunung Marapi ke stakeholder. Status Gunung Marapi masih Waspada (Level l) dengan jarak aman 3 km. Hingga pada saat tanggal 3 Desember 2023, tepatnya pukul 14.54 terjadi erupsi Gunung Marapi di ketinggian 3000 meter. Beberapa saat kemudian, pukul 14.55 Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi pun membuat VEN (Volcanic Eruption Notlce). Total dari Pukul 15.54 - 24.00 terjadi 36 letusan.

“Info dari Tempo, ada 49 orang berhasil dievakuasi dan selamat dari total 75 pendaki, 11 orang korban jiwa (data masih dikonfirmasi dan informasi dari pengamat, para korban ada pada jarak 1-1,5 km dari kawah) dan sisanya 15 orang masih dalam pencarian,” jelas Hendra.

Yang terbaru, pada hari ini, Senin (4/11) pukul 00.00 - 14.00 WIB telah terjadi 10 kali letusan dan 49 kali hembusan. Letusan terakhir terjadi pukul 8.22 WIB dengan tinggi kolom erupsi 800 meter.


Adapun kata Hendra, erupsi Gunung Marapi ini diduga akibat akumulasi gas yang sudah terjadi bertahun-tahun sebelumnya.

“Mungkin ada akumulasi gas secara perlahan, sulit diprediksi karena kecil. Tapi kalau terakumulasi selama berbulan-bulan, bertahun-tahun itu yang menimbulkan erupsi di Gunung Marapi. Makanya butuh (waktu) dua tahun, butuh empat tahun. Semakin lama tidak erupsi, maka potensinya semakin kuat  karena akumulasi dari gas,” jelasnya.

Hendra menyebut, erupsi Gunung Marapi ini bukan pertama kalinya, sebelumnya pada pada agustus 2017 erupsi yang terjadi juga lebih sama, banyak pendaki juga tetapi tidak ada korban.

Penduduk dan Wisatawan Jaga Jarak Aman Radius 7 KM



Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau warga dan wisatawan tidak melakukan  aktivitas dengan radius 3 kilometer (km) dari puncak Gunung Marapi, Sumatera Barat.  Sebab, Gunung Marapi saat ini dalam status Level II (Waspada).

“Masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan/mendekati Gunung Marapi pada radius 3 km dari kawah/puncak,” imbau Hendra.

Jarak ini ditetapkan karena dari dari radius 3 kilometer, dampak dari erupsi jarang dirasakan. Kebanyakan dampak yang terjadi berada di puncak. Hendra menambahkan, Gunung Marapi memiliki karakteristik yang sulit diprediksi, status level dua waspada ini sendiri sudah ditetapkan sejak 2011.


"Status level dua waspada dan radius 3 kilometer ini sudah dikeluarkan sejak tahun 2011 karena sulitnya karakteristik Gunung Marapi," katanya.

Penetapan status ini memang sudah sejak lama sebagai langkah pencegahan untuk memitigasi kejadian yang tidak diinginkan. Pasalnya, aktivitas Gunung Marapi ini memang cenderung pasif sehingga tidak tahu pasti kapan gunung ini akan erupsi.

Artikel ini ditulis oleh
Achmad Fikri Fakih Haq

Editor Achmad Fikri Fakih Haq

Reporter Magang: Aleda Fanesya

Reporter