Mengapa Patung Yunani Kuno Tanpa Busana? Ternyata Ini Maknanya

Mengapa Patung Yunani Kuno Tanpa Busana? Ternyata Ini Maknanya

Patung dewa, atlet, dan warga biasa di zaman Yunani Kuno sering kali diilustrasikan tanpa pakaian.

Publik menjadi bingung dan bertanya-tanya mengapa begitu banyak patung Yunani kuno yang menampilkan sosok manusia tanpa pakaian, alias telanjang. Patung Yunani yang menggambarkan dewa, atlet, pahlawan berani, atau bahkan orang biasa sering kali dibuat tanpa pakaian, menunjukkan keindahan fisik mereka.

Sumber: Greek Reporter

Kunci untuk memahami fenomena ini terletak pada pandangan Yunani kuno terhadap bentuk manusia. Orang Yunani kuno meyakini bahwa tubuh manusia, khususnya laki-laki, harus digambarkan seideal mungkin.

Tubuh laki-laki dianggap sebagai manifestasi keindahan dan kesempurnaan. Patung-patung yang mereka ciptakan tanpa pakaian adalah upaya untuk mengekspresikan idealisme ini, memvisualisasikan manusia dalam keadaan awet muda dan mendekati kesempurnaan.

Merayakan Kemanusiaan

Masyarakat Yunani juga memegang keyakinan kuat dalam memperingati kemanusiaan dengan mewujudkan ciri-ciri dan sifat manusia dalam bentuk dewa-dewa mereka. Oleh karena itu, patung-patung Yunani yang tanpa pakaian adalah upaya untuk menciptakan representasi yang memuliakan keindahan manusia.

               

Bukan Cerminan Realitas

Namun, penting untuk diingat bahwa persepsi tentang ketelanjangan ini tidak selalu mencerminkan kehidupan sehari-hari di Yunani kuno.

Meskipun masyarakat modern mungkin menganggap bahwa telanjang adalah norma, nyatanya sebenarnya berbeda. Telanjang di ruang publik bukanlah hal yang umum dan umumnya terbatas pada tempat-tempat seperti pusat kebugaran, gym, atau pemandian umum yang juga memiliki pembagian berdasarkan jenis kelamin.

Asal Usul "Gymnasium"

Perlu diingat bahwa istilah "gymnasium" sendiri berasal dari kata Yunani "gymnos," yang artinya telanjang. Oleh karena itu, pada masa itu, adalah hal yang biasa jika para atlet berlatih di pusat kebugaran tanpa pakaian atau hanya mengenakan celana dalam sederhana. Tradisi ini juga diterapkan dalam berbagai pertandingan dan kompetisi yang diadakan pada masa tersebut.

               

Olimpiade

Suatu contoh menarik adalah Olimpiade Yunani kuno yang dimulai pada abad ke-8 SM. Peserta atletik di sana bersaing tanpa pakaian dengan tujuan menonjolkan otot dan kekuatan fisik mereka.

Tindakan ini tidak hanya ditujukan untuk memikat dewa Zeus, tetapi juga untuk menakuti pesaing mereka. Selain mencapai kemenangan, tubuh yang kuat dan bermuscles juga dianggap sebagai cara untuk meraih penghargaan dan rasa hormat di dalam masyarakat.

Praktik bersaing tanpa pakaian ini diketahui dimulai pada tahun 720 SM. Menurut Plato, dalam epos puisi Iliad karya Homer dan beberapa lukisan grafis, semuanya menunjukkan bahwa hal yang umum bagi atlet pria untuk bersaing dalam berlari, lompat jauh, dan gulat tanpa memakai pakaian.

Berawal dari Legenda Kuno

Menurut cerita legenda kuno, kebiasaan ini dimulai ketika seorang pelari bernama Orsippos dari Megara kehilangan celana dalamnya dan memutuskan untuk melanjutkan lomba tanpa busana.

Orsippos berhasil memenangkan perlombaan tersebut, menjadi atlet pertama yang meraih kemenangan dalam lomba lari 200 meter tanpa pakaian. Untuk tidak kalah, pelari lain kemudian meniru Orsippos, memulai tradisi panjang di mana atlet-atlet bersaing tanpa busana.

Patung Yunani kuno sering memvisualkan pahlawan dan dewa-dewa tanpa busana. Meskipun terlihat tidak realistis, ini adalah ciri seni Yunani dari lebih dari 2.000 tahun lalu. Patung-patung memperlihatkan pemuda bangsawan sebagai pahlawan pertempuran.

Setelah dominasi gambaran patung laki-laki tanpa busana hingga abad ke-4 SM, tokoh-tokoh dewi kecantikan, seperti Dewi Aphrodite, mulai muncul dalam seni Yunani kuno dan menggambarkan ketelanjangan perempuan. Sebelumnya, patung telanjang perempuan Yunani terbatas dan sering menggambarkan perempuan dalam peran yang tunduk atau sebagai pelayan.

Keyakinan Yunani kuno bahwa perempuan memiliki peran 'sekunder' dan dibatasi oleh masyarakat tercermin dalam seni mereka. Patung yang mengubah pandangan ini adalah Aphrodite of Knidos, karya Praxiteles dari Athena pada abad ke-4 SM.

Ini merupakan salah satu representasi awal bentuk tubuh perempuan tanpa busana dalam sejarah Yunani. Dewi Aphrodite digambarkan telanjang, memegang handuk mandi sambil menutupi daerah kemaluannya, sementara payudaranya terbuka.

Sebelum kemunculan Aphrodite of Knidos, seni patung Yunani didominasi oleh patung laki-laki tanpa busana. Patung asli Yunani Aphrodite telah hilang.

Artikel ini ditulis oleh
Yoga Tri Priyanto

Editor Yoga Tri Priyanto

Patung dewa, atlet, dan warga biasa di zaman Yunani Kuno sering kali diilustrasikan tanpa pakaian.

Reporter