

Lukisan itu menjadi antitesis dari lukisan seorang pelukis Belanda bernama Nicolaas Pieneman.
Penangkapan Diponegoro menggambarkan adegan yang berlawanan dengan yang dilukis Belanda.
Tangannya terkepal dengan kepala mendongak. Wajahnya tak sedikit pun menunjukkan rasa takut.
Sementara orang-orang Belanda yang culas digambarkan dengan kepala besar dan wajah tanpa ekspresi.
Raden Saleh mengetahui wafatnya Pangeran Diponegoro dari sebuah artikel tanggal 3 Februari 1855.
Sesaat setelah itu, dia memutuskan untuk melukis penangkapan pejuang Perang Jawa tersebut.
Raden Saleh meminta izin pemerintah Belanda untuk melakukan penelitian ke Magelang. Tempat penangkapan Diponegoro di kediaman Residen Kedu.
Namun Pemerintah Kolonial tidak memberikan izin.
Saudara Sepupu Raden Saleh, Raden Sukur dari Semarang berjuang di barisan Diponegoro melawan Belanda,
Paman Raden Saleh, Suradimanggala dan putera keduanya ditangkap Belanda dan diasingkan.
Tak dijelaskan apakah Raja Belanda itu benar-benar meneliti setiap detilnya, karena Sang Raja bukan orang yang menyukai seni.
Lukisan tersebut kemudian masuk ke ruangan rumah jompo militer di Broenbeek. Dari sana, tahun 1975 lukisan itu sampai di Indonesia sebagai hadiah dari keluarga kerajaan Belanda.
Kini lukisan tersebut disimpan di Istana Presiden Yogyakarta.
Sumber: Werner Kraus dan Irina Vogelsang dalam Raden Saleh Awal Seni Lukis Modern Indonesia.