

Sensor yang dimaksud adalah sensor angular velocity. Sensor ini fungsinya agar mampu menyeimbangkan diri saat terbang. Kejadian ini terjadi pada 2013 silam.
Karena permasalahan pemasangan sensor, ketika roket itu diluncurkan dari Kosmodrom Baikonur, Kazakhstan, terjadi ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan itu ternyata berakibat fatal.
Roket yang seharusnya tegak lurus meluncur ke langit, ia tiba-tiba berbalik. Meledak lalu serpihannya menghujam Bumi.
Barang muatannya seberat 600 ton yang didominasi bahan bakar tak hanya meledak saja, tetapi sangat beracun.
Bahan bakar yang terbakar mengeluarkan asap beracun, namun para pejabat kala itu mengatakan sebagian awan ledakan tersebut beruntung tertahan oleh hujan di lokasi peluncuran.
ujar pejabat di International Launch Services dalam sebuah pernyataan.
Dengan demikian, masalah pemasangan sensor yang terbalik memberikan informasi yang salah pada sistem kontrol penerbangan roket, sehingga ketidakseimbangan pun terjadi.
Dampaknya roket yang seharusnya bekerja sesuai rencana, harus meledak di langit dan berdampak buruk bagi kehidupan di bawahnya karena bahan bakar yang dibawanya beracun.
Perlu diketahui, tiga satelit yang ada di dalam roket itu dimaksudkan untuk bergabung dengan jaringan navigasi Glonass, mitra Rusia untuk sistem GPS Amerika Serikat.
Namun Glonass dilanda masalah, termasuk hilangnya tiga satelit pada bulan Desember 2010 ketika roket Proton lainnya gagal diluncurkan.
Sumber artikel, Space.com.