Pernah jadi Korban Bullying, Aditya Buktikan Bisa Sukses dari Bisnis Minuman Kelapa Muda<br>

Pernah jadi Korban Bullying, Aditya Buktikan Bisa Sukses dari Bisnis Minuman Kelapa Muda

Aditya diejek karena memakai baju seragam lusuh. 

Aditya Buktikan Bisa Sukses dari Bisnis Minuman Kelapa Muda

Butuh waktu empat tahun bagi Aditya Prisma Ardiansyah menikmati keuntungan dari usaha yang dirintis.

Selama menekuni usaha minuman berbahan dasar kelapa muda, Aditya harus menelan segala kepahitan hidup.

Dalam wawancara yang diunggah akun YouTube Pecah Telur, Aditya bercerita dia bukan tipikal orang yang mudah bersosialisasi. 

Semua bersumber dari pengalamannya yang kerap mendapatkan perundungan saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Aditya diejek karena memakai baju seragam lusuh. Orang tuanya tidak sanggup membeli seragam baru setiap tahun karena keterbatasan ekonomi.

merdeka.com

"Keadaan ekonomi keluarga saya juga kurang banget, orang tua kerja bengkel motor kecil, bayar SPP sekolah juga nunggak sampai 1 tahun. Makanya saya sampai berani usaha itu tujuannya biar dapat uang tambahan," kata Aditya sebagaimana dikutip pada Kamis (5/10).

Di tahun 2018, rekan dari sang ayah yang merupakan pemasok kelapa muda mengimbau Aditya untuk berjualan es kelapa muda atau dikenal juga dengan es degan.

Tanpa pikir panjang, Aditya setuju untuk memulai usaha dengan berjualan es kelapa muda. Modal awal yang dikeluarkan Aditya saat itu Rp50.000.

Uang itu dipakai untuk membeli kelapa muda 5 butir, plastik kemasan, gula, pisau.

Aditya kemudian membuka lapak di depan kediaman kakek-neneknya. 


Kebetulan, orang tua Aditya masih tinggal bersama di rumah itu.

merdeka.com

Aditya kemudian memberi nama lapaknya dengan nama Tropisco yang mengandung makan kelapa muda dari daerah tropis.

Aditya kemudian memberi nama lapaknya dengan nama Tropisco yang mengandung makan kelapa muda dari daerah tropis.

Di awal masa jualan, pelanggan es degan Aditya masih tetangga sekitar. Kondisi itu terus berlangsung hingga dua tahun.

Aditya merasa perlu kerja keras untuk meningkatkan penjualannya. Hingga satu waktu, temannya ikut gabung dengan usaha Aditya.

Namun, relasi kerja dengan teman tidak selalu mulus. Keduanya pisah jalan karena berbeda visi misi dalam menjalankan bisnis es kelapa muda tersebut.

Beban mental Aditya kembali ditempa saat ia harus mendengar ucapan tidak enak yang menyasar orang tuanya. 

Dia pun memaksa orang tuanya agar lebih baik keluar dari rumah kakek neneknya dan mengontrak rumah. Uang kontrakan biar Aditya yang menanggung.

Aditya tidak menampik, sebagai manusia dia memiliki rasa iri hati dan lelah atas nasib yang diberikan Tuhan untuknya. Dia iri dengan beberapa saudaranya yang mendapatkan perlakuan baik.

"Usaha itu di depan rumah mbah, sering diusir ibaratnya kamu nih di sini sewa. Saya pikir enak ya yang lain kenapa sih buat saya kok malah seperti ini," ucap Aditya sambil berlinangan air mata.

Omongan pahit itu seperti obat dan peningkat imunnya. Dia telan semua omongan pahit dan fokus mengembangkan usahanya.

Aditya kemudian mengikuti komunitas marketing dan mempelajari ilmu pemasaran yang efektif.

Secara tekun, dia menerapkan ilmu yang telah didapat, terhadap usahanya. Hasilnya, Tropisco mulai dikenal masyarakat luas.

Pelan namun pasti, Aditya mulai menemukan ritme dalam menjalank bisnisnya. 

Dia bahkan sudah memiliki empat lapak atau outlet Tropisco yang tersebar di Tulungagung, Jawa Timur.

Omset dari satu lapak saja, Aditya bisa mengantongi cuan Rp500.000 hingga Rp1 juta per bulan.

Harga minuman yang dijual Aditya berkisar Rp15.000-Rp20.000 per cup.

Omset dari satu lapak saja, Aditya bisa mengantongi cuan Rp500.000 hingga Rp1 juta per bulan.

Artikel ini ditulis oleh
Anisyah Al Faqir

Editor Anisyah Al Faqir

Sejak duduk di bangku SMP, Aditya kerap diejek karena memakai baju seragam lusuh.

Reporter