Amandel merupakan gangguan umum yang sering terjadi pada anak-anak. Amandel, juga dikenal sebagai tonsil, adalah dua kelenjar kecil yang terletak di bagian belakang tenggorokan, berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Namun, pada beberapa anak, amandel dapat menjadi sumber masalah ketika mengalami peradangan dan pembengkakan berulang. Gangguan amandel dapat menyebabkan gejala yang tidak nyaman seperti sakit tenggorokan, kesulitan menelan, atau bahkan gangguan tidur karena napas tersumbat.
Dalam beberapa kasus, gangguan amandel ini membutuhkan tindakan operasi. Di mana operasi amandel adalah tindakan medis yang dilakukan untuk mengangkat amandel. Namun, tindakan ini memiliki beberapa risiko yang perlu diperhatikan.
Tindakan operasi amandel juga harus mempertimbangkan berbagai hal dan tidak bisa sembarang dilakukan. Jika tidak, maka berbagai risiko pasca operasi amandel bisa terjadi. Seperti baru-baru ini, terdapat kasus anak yang mengalami mati batang otak dan koma setelah menjalani operasi amandel.
Dengan begitu, penting untuk dipahami lebih jauh apa itu operasi amandel dan berbagai risiko yang perlu diperhatikan. Dilansir dari laman Mayoclinic, kami merangkum pengertian hingga risiko operasi amandel adalah sebagai berikut.
Operasi Amandel
Pertama akan dijelaskan terlebih dahulu apa yang disebut dengan operasi amandel.
Operasi amandel adalah operasi pengangkatan amandel, dua bantalan jaringan berbentuk oval di bagian belakang tenggorokan, satu amandel di setiap sisinya.
Operasi amandel ini juga disebut dengan tonsilektomi. Ini pernah menjadi tindakan umum yang dilakukan untuk mengobati infeksi dan radang amandel (tonsilitis).
Namun, saat ini tindakan tonsilektomi lebih banyak dilakukan ketika terjadi gangguan pernapasan saat tidur pada penderita amandel. Meski begitu, tindakan ini juga mungkin dilakukan jika tonsilitis sering terjadi atau tidak membaik setelah diberikan pengobatan.
Kapan Diperlukan Operasi Amandel
Setelah mengetahui operasi amandel adalah tindakan pengangkatan amandel, berikutnya akan dijelaskan kapan diperlukan tindakan ini.
Secara umum, operasi amandel atau tonsilektomi dilakukan untuk mengobati beberapa kondisi berikut:
• Tonsilitis berulang, kronis atau parah
• Komplikasi pembesaran amandel
• Pendarahan pada amandel
• Penyakit amandel langka lainnya
Pada beberapa kasus, amandel dapat semakin membesar setelah terjadi infeksi yang berulang atau terus menerus. Dalam kondisi ini, tindakan tonsilektomi dibutuhkan, khususnya jika terjadi masalah yang lebih serius, seperti gangguan sulit bernapas dan gangguan pernapasan saat tidur (obstructive sleep apnea).
Selain itu, tindakan operasi amandel juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit atau kondisi amandel langka lainnya, seperti:
• Jaringan kanker (keganasan) pada salah satu atau kedua amandel atau diduga keganasan
• Pendarahan berulang dari pembuluh darah di dekat permukaan amandel
• Bau mulut yang parah (halitosis) berhubungan dengan kotoran di celah amandel
Gejala Setelah Operasi
Setelah mengetahui pengertian dan kondisi yang membutuhkan operasi amandel, selanjutnya akan dijelaskan berbagai gejala yang sering muncul setelah tonsilektomi.
Sama seperti tindakan operasi lainnya, seseorang yang melakukan prosedur tonsilektomi juga akan mengalami beberapa gejala setelah operasi.
Berbagai masalah umum setelah operasi amandel adalah sebagai berikut:
• Sakit tenggorokan sedang hingga parah selama satu hingga dua minggu
• Nyeri di telinga, leher atau rahang
• Mual dan muntah selama beberapa hari
• Demam ringan selama beberapa hari
• Bau mulut hingga dua minggu
• Pembengkakan pada lidah atau tenggorokan
• Merasa ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan
• Kecemasan atau gangguan tidur pada anak
Proses Pemulihan
Biasanya, setelah dilakukan operasi amandel, setidaknya dibutuhkan 10 hari bagi pasien untuk proses pemulihan. Selama masa pemulihan, berbagai gejala umum bisa dirasakan.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa sakit selama pemulihan operasi amandel adalah sebagai berikut:
• Obat-obatan. Minumlah obat pereda nyeri seperti yang diarahkan oleh dokter bedah Anda atau staf rumah sakit.
• Cairan. Penting untuk mendapatkan banyak cairan setelah operasi untuk menghindari dehidrasi. Air dan es loli adalah pilihan yang bagus.
• Makanan. Makanan hambar yang mudah ditelan, seperti saus apel atau kaldu, merupakan pilihan terbaik segera setelah operasi. Makanan seperti es krim dan puding dapat ditambahkan ke dalam menu makanan jika dapat ditoleransi. Makanan yang mudah dikunyah dan ditelan harus dimasukkan ke dalam menu makanan sesegera mungkin. Hindari makanan asam, pedas, keras atau renyah yang dapat menyebabkan nyeri atau pendarahan.
• Istirahat. Istirahat di tempat tidur penting selama beberapa hari setelah operasi, dan aktivitas berat, seperti berlari dan bersepeda, harus dihindari selama dua minggu setelah operasi. Anda atau anak Anda seharusnya dapat kembali bekerja atau sekolah setelah melanjutkan pola makan normal, tidur normal sepanjang malam dan tidak memerlukan obat pereda nyeri. Bicarakan dengan dokter Anda tentang aktivitas apa pun yang harus dihindari.
Risiko Setelah Operasi
Jika dilakukan dalam prosedur yang baik, tentu operasi amandel dapat membantu pasien mengatasi berbagai masalah kesehatan.
Meski begitu, tindakan tonsilektomi ini tidak lepas dari berbagai risiko yang terjadi setelahnya.
Berbagai risiko yang perlu diperhatikan setelah tindakan operasi amandel adalah sebagai berikut:
• Reaksi terhadap anestesi. Obat untuk membuat pasien tertidur selama operasi sering kali menyebabkan masalah kecil dalam jangka pendek, seperti sakit kepala, mual, muntah, atau nyeri otot. Namun, masalah serius jangka panjang bisa saja terjadi, meskipun kasusnya jarang. Dalam kondisi tertentu, reaksi anestesi juga memiliki risiko kematian.
• Pembengkakan. Pembengkakan pada lidah dan langit-langit lunak mulut (langit-langit lunak) dapat menyebabkan gangguan pernapasan, terutama pada beberapa jam pertama setelah prosedur.
• Pendarahan selama operasi. Dalam kasus yang jarang terjadi, pendarahan hebat terjadi selama operasi dan memerlukan perawatan tambahan serta rawat inap yang lebih lama di rumah sakit.
• Pendarahan selama penyembuhan. Pendarahan bisa terjadi selama proses penyembuhan, terutama jika keropeng dari luka copot terlalu cepat.
• Infeksi. Jarang terjadi, pembedahan dapat menyebabkan infeksi yang memerlukan perawatan lebih lanjut.
Editor Ayu Isti Prabandari
This is notes