Cerita Petugas: Ada Mayat Tersangkut di Pintu Air Manggarai

Cerita Petugas: Ada Mayat Tersangkut di Pintu Air Manggarai

Dia menceritakan penemuan mayat bukan merupakan hal yang baru bagi penjaga Pintu Air Manggarai.

Petugas operator Pintu Air Manggarai Eboni (27) yang telah bekerja sejak tahun 2014 bercerita soal pengalamannya ketika bertugas di Jalan Tambak, Jakarta Pusat, kepada wartawan Merdeka.com yang memantau langsung kondisi sungai, Kamis (21/9) siang.

“Saya dari 2014,” jawabnya ketika ditanya sudah bekerja sejak kapan.

Eboni menyebut, tugasnya sehari-hari adalah mengoperasikan ekskavator atau mesin pengeruk. Menggunakan mesin tersebut, ia mengeruk limbah yang kemudian akan dimuat dalam truk sampah menuju Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) Perintis, Kelapa Gading.

“Saya di operasional, yang operasiin ini, bahasanya alat keruk (ekskavator),” kata dia.

Dalam kesehariannya, Eboni melihat berbagai jenis sampah yang terdapat di sungai tersebut. Mulai dari sampah dapur, plastik, kayu, bambu, dan lain sebagainya. Selain itu, ia juga pernah melihat ada mayat yang tersangkut.

Teman kerja Eboni yang sedang dalam satu shift Afni menyeletuk bahwa tadi ada Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) yang datang ke lokasi.

“Itu tadi ada Basarnas,” ujar Afni.

Lebih lanjut, Eboni menceritakan alasan mengapa Basarnas datang ke Pintu Air Manggarai, Kamis (21/9). 

Rupanya, dua hari yang lalu, ada seorang anak laki-laki berusia 7 tahun yang hanyut dari wilayah Pejaten. 

Hingga Kamis (21/9) siang, anak kecil itu belum dapat ditemukan keberadaannya. Ia mengatakan rata-rata orang yang hanyut akan ditemukan setelah 3 hari. 

“Jadi Selasa kemarin (19/9) jam 4 (sore) itu ada anak kecil umur 7 tahun, hanyut dari Pejaten, belum ketemu” kata dia.

Kejadian ini bukan yang pertama kalinya. Menurut Afni, penemuan mayat terjadi di setiap tahun. Adapun mayat yang ditemukan tidak selalu anak kecil, ada orang dewasa juga.

“Tiap tahun pasti ada,” celetuk Afni. “Pasti itu, kadang-kadang setahun bisa empat kali,” sambungnya.

Namun, tidak semua yang hanyut akan ditemukan, sebab tergantung dengan cuaca saat itu sedang musim hujan atau tidak.

“Kadang-kadang nyangkut, kadang-kadang lolos. Kalau lagi hujan, lolos. Kalau (airnya) normal, kadang nyangkut,” tambah Afni.

Eboni mengatakan, ketika ada yang hanyut, mayat tersebut akan tersangkut di sekitar pelampung-pelampung berwarna oranye.

“Itu ada sekatan, itu tuh, pelampung, di bawah” kata Eboni sambil menunjuk ke arah sungai.

Artikel ini ditulis oleh
Achmad Fikri Fakih Haq

Editor Achmad Fikri Fakih Haq

Reporter Magang: Anin Kumala

Reporter