Air zamzam dikenal sebagai air paling sejuk sedunia. Menariknya, air tersejuk kedua di dunia disebut berada di Indonesia yakni sumber mata air Petirtaan Jolotundo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Lokasi
Petirtaan Jolotundo terletak di kawasan hijau seluas 3.019,75 meter persegi pada ketinggian 525 mdpl yakni di lereng barat Gunung Penanggungan, Dukuh Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Masyarakat Jawa kuno mengenal dataran ini sebagai daerah suci bernama Gunung Pawitra, seperti disebut dalam kitab Negarakertagama. Pawitra diartikan sebagai sumber air.
Air Petirtaan Jolotundo bersumber dari mata air Penanggungan yang dikelilingi empat gunung lebih kecil, yakni Saraklopo (1.275 mdpl), Bekel (1.238 mdpl), Kemuncup (1.227 mdpl), dan Gajahmungkur (1.087 mdpl). Selain itu, juga dikelilingi bukit Semodo (719 mdpl), Jambe (747 mdpl), Bende (927 mdpl), dan Wangi (987 mdpl). Â
(Foto:Â Google Maps Muhammad fahmi)
Tersejuk Kedua di Dunia
Kesejukan dan kualitas air Petirtaan Jolotundo nomor dua terbaik di dunia setelah zamzam di tanah suci Makkah, Arab Saudi.
Pengujian air Petirtaan Jolotundo sudah dilakukan tiga kali. Pertama, dilakukan pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan pada tahun 1984. Kemudian dilakukan tim arkeologi Indonesia-Belanda pada 1991. Ketiga dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia 9IDI) Pusat pada tahun 1994.
(Foto:Â Google Maps Joytofa)
Sejarah
Petirtaan merupakan tempat istimewa bagi raja tempo dulu. Mengutip buku Patirtaan Jalatunda karya guru besar arkeologi Universitas Leiden, Belanda, Frederik David Kan Bosch. Keberadaan Petirtaan Jolotundo berawal dari keinginan Raja Udayana membangun sebuah tempat pemandian khusus di lereng Pawitra. Petirtaan itu jadi bentuk syukur atas kelahiran Airlangga, buah hati pernikahan Udayana dengan Mahendradatta (Putri Gunapriya Dharmapatni).
Petirtaan ini dinamai Jolotundo. Jolo berarti air dan tundo adalah bertingkat. Jolotundo berarti pemandian air bertingkat atau berundak. Pada pahatan di salah satu undakan tertera aksara tiga angka Jawa kuno bertuliskan 899 dalam tarikh Saka atau 977 Masehi.
Pada dinding-dinding Petirtaan Jolotundo diukir relief cerita Mahabharata dan kelahiran Udayana berdasar kisah Kathasaritsagara, dari kitab pertama Mahabharata.
(Foto: Petirtaan Jolotundo)
Petirtaan Jolotundo sempat terabaikan. Surveyor Hindia Belanda Johannes Willem Bartholomeus Wardenaar menemukan kembali Petirtaan Jolotundo pada 1815 saat penjelajahan belantara Jatim atas perintah Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles. Saat ditemukan, kondisinya berantakan dan tertutup semak belukar.
Ada hiasan batu andesit berbentuk oval menyerupai bunga teratai atau padma pada bagian utama yakni di dinding sebelah timur. Batu-batu andesit yang dihaluskan memiliki lubang tempat mengucurnya air. Ada 16 lubang pancur di tingkat terbawah dan 14 lubang pancur di undakan berikutnya. Air mengalir deras dari lubang-lubang pancur dan jatuh ke kolam di bawahnya. Pada masanya, Petirtaan Jolotundo menjadi lokasi semedi favorit raja-raja Kerajaan Majapahit yang berkuasa di tanah Mojokerto antara abad 13 sampai abad 15.
Dugaan Lain
Arkeolog Universitas Negeri Malang M Dwi Cahyono menyakini Petirtaan Jolotundo sudah ada sebelum Udayana. Tepatnya ketika Kerajaan Medang berkuasa di periode Mataram kuno dari Wangsa Isyana di Jawa Timur. Ia menyebut, awalnya petirtaan itu berwujud empat undakan, kini dn hanya tersisa dua tingkat.Â
Pada tingkat kedua ada sebuah bidang datar mirip altar yang semula menjadi tempat berdirinya arca Raja Airlangga berwujud Dewa Wisnu menunggang garuda. Arca tersebut saat ini tersimpan di Museum Trowulan. Kemudian, di kedua sisi undakan pancuran ada dua bilik, sisi kiri ada tempat khusus perempuan dengan penanda air memancur dari mulut arca naga. Sisi kanan untuk pria terdapat pancuran air mulut arca garuda.
Petirtaan Jolotundo dibangun dengan konsep mutakhir di eranya. Mengalirkan mata air lereng Penanggungan melewati terowongan bawah tanah dan menembus ke kawasan petirtaan. Air kembali dialirkan lewat drainase bawah tanah menuruni perbukitan Petirtaan Jolotundo menuju kawasan permukiman sebagai air bersih dan sumber pengairan sawah warga.
(Foto:Â Google Maps Adelia Silvana)
Editor Rizka Nur laily Muallifa
This is notes