Lika-liku Hidup Cak Kartolo Ludruk, Pernah Tak Dapat Royalti hingga Jual Rumah

Lika-liku Hidup Cak Kartolo Ludruk, Pernah Tak Dapat Royalti hingga Jual Rumah

Meski tak mudah, Cak Kartolo tetap khidmat berkesenian.

Nama Cak Kartolo sudah tidak asing bagi para pencinta kesenian ludruk. Kini namanya juga dikenal generasi muda karena perannya dalam sejumlah film layar lebar.

Nama Cak Kartolo sudah tidak asing bagi para pencinta kesenian ludruk. Kini namanya juga dikenal generasi muda karena perannya dalam sejumlah film layar lebar.

Penghargaan

Penghargaan

Pada upacara HUT ke-78 RI di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Cak Kartolo dianugerahi penghargaan Jer Basuki Mawa Beya Perak karena konsistensinya sebagai seniman sekaligus pelestari ludruk di Jatim.

Masa Kecil

Lahir dari keluarga ekonomi bawah, Cak Kartolo hanya mengenyam pendidikan hingga setara SD. Bapaknya buruh pabrik tenun, sementara ibunya punya toko kelontong kecil. Penghasilan kedua orang tuanya yang pas-pasan tak cukup untuk biaya sekolah jika Cak Kartolo melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Tak tinggal diam, Cak Kartolo akhirnya belajar menabuh gambang dan melakukan tayuban.

Perjalanan Karier

Setelah mahir dalam dunia kesenian pada 1971, Cak Kartolo bergabung dalam grup ludruk RRI Surabaya. Ia pentas dengan grup ludruk RRI Surabaya selama tiga tahun lamanya.

Pada 1974, Cak Kartolo keluar dari grup tersebut. Ia kemudian bergabung dengan grup ludruk Persada Malang.

Selanjutnya, pada 1980, Cak Kartolo mulai dikontrak oleh perusahaan rekaman Nirwana Record untuk merekam syair berjudul Jula Juli Guyonan. Syair ini dilagukan ketika melakukan pementasan ludruk.

Tak Dapat Royalti

Tak Dapat Royalti

Cak Kartolo dan Basman cs menghasilkan 79 rekaman cerita ludruk. Namun, para seniman ludruk ini rupanya tak dapat royalti saat karya mereka tenar, sesuai perjanjian yang mereka sepakati di awal rekaman.

Jual Rumah

Sejak sebelum pandemi Covid-19, Cak Kartolo sudah berniat menjual rumahnya. Hasil penjualan rumah dua lantai seluas 440 meter itu bakal digunakan untuk biaya pendidikan para cucunya.

Dari dua anak perempuannya, ia punya lima orang cucu, seperti dikutip dari liputan6.com (2/9/2021).

"Semua cucu-cucu menjadi tanggungan saya. Biaya masa depannya harus dipikirkan mulai sekarang. Saya kira bisa di-manage dengan menjual rumah ini. Biar nanti saya pindah cari rumah yang lebih kecil," ujar pria 76 tahun tersebut.

Artikel ini ditulis oleh
Rizka Nur laily Muallifa

Editor Rizka Nur laily Muallifa

This is notes

Reporter