Upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI dihadiri sejumlah pejabat negara, duta besar, dan tamu undangan negara.
Pada momen yang diselenggarakan setiap tahun itu, hadir Kaesang Pangarep dan Erina Gudono.
Anak dan menantu presiden, Joko Widodo itu terlihat kompak mengenakan busana adat seperti tamu-tamu lain.
Sebelum datang ke istana, Kaesang dan Erina menceritakan filosofi di balik baju adat Minahasa yang mereka pilih lewat unggahan Instagram.
"Kawasaran adalah tradisi leluhur Suku Minahasa Sulawesi Utara dan merupakan tarian Ksatria Minahasa yang disebut 'Waraney. Mulanya, kawasaran dilakukan untuk menjalankan ritual Mahsasau. Kawasaran (berasal dari kata) 'kawak' yang berarti 'melindungi' dan 'asaran' yang berarti 'sama atau berlaku seperti.'"
"Artinya, Kawasaran jadi sama seperti leluhur di masa lalu, menjadi pelindung tanah, pelindung negeri, pelindung kehidupan. Bagian dasar baju adalah kayu alam yang diikat kain tenun pampele dan dipadu-padankan bersama kain tenun kaiwu patola. Tata busana dan aksesori dibuat (dengan) mengacu pada sustainable fashion dan tidak menggunakan materi hewan asli.
"Kami memakai baju kawasaran sebagai lambang penghormatan kami pada para WARANEY (ksatria) bangsa yang telah berjuang melawan penjajah."
"Kami nyalakan jiwa muda ksatria WARANEY untuk melanjutkan perjuangan memajukan bangsa."
Pada unggahan yang berbeda, Erina dan Kaesang menjelaskan tiga simbol utama Kawasaran.
"Pertama, gegenang alias ingatan yang disimbolisasikan dengan porong di bagian kepala menggunakan bulu ayam jago dan kepala burung uak. Dimaknai sebagai melakukan kebaikan."
"Kedua, pemenden (perasaan) yang disimbolkan dengan "karai" berupa kulit kayu dan kalung, baik kelana (berbahan manik-manik), dari taring babi rusa, atau kalung dari perunggu. Maknanya, manusia harus selalu menimbang dengan perasaan, tapi jangan berlebihan."
"Terakhir, keketez alias kekuatan yang disimbolkan dengan ikatan-ikatan di tangan, kaki, dan pinggang."
"Ikatan yang telah didoakan ke Sang Khalik dan dipercaya bisa memberi kekuatan."
"Atribut penting lain yang biasa digunakan adalah 'santi' (pedang) sebagai simbol pembuka jalan kehidupan, pemelihara kehidupan dan pelindung kehidupan itu. Tengkorak merupakan simbol pemburu."
"Dalam tarian ini sering diteriakkan 'I Yayat U Santi' yang berarti angkat pedang dan mainkan (acung-acungkan). Maknanya penyemangat menghadapi tantangan kehidupan."
Editor Tantri Setyorini
Kaesang dan Erina menceritakan filosofi di balik baju adat Minahasa yang mereka pilih lewat unggahan Instagram.